Sudah lama tidak menulis, saya kembali dengan sebuah label baru. Singkat saja: Terjemahan.
Semua bisa diulas. Semua bisa dibahas. Musik, film, destinasi liburan. Berita duka, gosip selebritas, tindak pidana korupsi. Pun demikian, semuanya bukan keahlian saya. Bermain peran pengamat dan/atau kritikus juga akan terlalu membebani hari. Nanti malah tidak banyak menulis lagi.
Sehingga saya hanya akan menerjemahkan. Terjemahan dalam bentuk racauan yang memiliki nafas serupa dengan objek yang sedang diterjemahkan. Atau setidaknya itu yang ingin saya capai. Kalaupun gagal, yakinlah itu hanya keberhasilan yang tertunda.
Untuk mendapatkan hasil terbaik, saya akan coba menghidupi kembali momen-momen yang sudah lalu. Misal untuk terjemahan La La Land kali ini, saya tulis sembari mendengarkan album runut bunyi resmi film yang dimaksud. Apapun yang muncul saat tembang berkumandang, saya tulis. Apapun yang muncul setelahnya, saya hanya bisa simpan dalam benak.
Dalam proses, bisa jadi faktor lainnya juga turut memberi warna. Misal saja pandangan orang lain. Ada yang suka sekali, ada yang ketiduran. Ini menarik dan pasti tanpa sadar akan turut tercermin dalam terjemahan saya. Karena tidak ada opini yang salah, kecuali opini mereka yang membenci film ini.
Tanpa banyak bersilat lidah, selamat menikmati.
Tidak semua anak sapi berakhir di dapur McD. Tidak semua ulat bulu menjelma jadi kupu-kupu. Tidak semua startup berakhir dengan valuasi pesta pora.
Di bawah langit ibu kota provinsi, sepasang muda-mudi berjalan dengan linglung. Berdiri di bawah payung walaupun prakiraan cuaca tidak ramalkan hujan. Berhenti di halte, namun hanya duduk berpangkuan hingga bus terakhir hilang dari pandangan. Kemudian bergegas pulang. Tanpa kunjungan ke toko swalayan. Tanpa melipir ke kios rokok di pinggir jalan. Tanpa payung kendati hujan.
Seorang bocah tertabrak becak kala mengejar layangan. Masakan ibu terlampau matang karena keasyikan belanja dalam jaringan. Dan hati remaja jatuh terlalu dalam walau tidak ada jaminan.
Dengan layangan di tangan, kini bisa berbangga di hadapan kawan-kawan. Obral besar-besaran bukan sebuah perhelatan mingguan. Dan menari bersama nyatanya lebih menyenangkan daripada merekam sejarah tanpa menghidupinya.
Akhirnya semua kenangan hanya untuk disimpan. Lalu perlahan larut dalam pusaran. Masa depan tidak ada yang tahu, tapi kenyataan dibentuk oleh masa lalu.
Nikmati senja saat mentari terbit.
Kisah Si Ayah
1 month ago